Selasa, 19 Februari 2019

TIPE, KOORDINAT SERTA JENIS MATERIAL VULKANIK GUNUNG SEMERU DAN GUNUNG ST. HELENS


A.    Gunung Semeru
  •  Koordinat : E 1120 55’ 19”, S 080 06’ 28”
  • Tipe Erupsi : Tipe Volkano, merupakan tipe erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltik sampai dasit, umumnya melontarkan bongkahan di sekitar kawah. Material yang dilontarkan tidak hanya berasal dari magma tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik.
  • Material Erupsi : Material vulkanik daerah Gunung Semeru umumnya bertekstur porfiritik dengan masa dasar hipokristalin. Fenokris utama pada lava adalah plagioklas, klino piroksen, mineral opak, orto piroksen dan olivin. Kadang-kadang fenokris memperlihatkan tekstur sub-ofitik dan glomeroporfiritik, sedangkan pada masa dasar menunjukan tekstur pilotaksitik. Secara petrografis perubahan komposisi dari batuan basa sampai asam ditunjukan dengan variasi perbandingan, tipe komposisi fenokris. Umumnya olivin lebih banyak terdapat pada basal dan andesit basa, sedangkan orto piroksen lebih banyak pada andesit asam. Amfibol hanya ditemukan pada dasit lava tua Gunung Ajek-ajek.

B.     Gunung St. Helens
·        Koordinat : N 460 12’ 1”, W 1220 11’ 12”
·     Tipe Erupsi : Tipe Planian, merupakan letusan paling eksplosif. Material yang dilontarkan bisa berupa gas dan abu setingi 50 kilometer dengan kecepatan beberapa ratus meter per detik. Biasanya erupsi tipe Plinian berwujud seperti jamur. Letusan tipe Plinian bisa menghilangkan seluruh puncak gunung, namun durasinya cukup singkat,kurang dari satu hari atau beberapa hari.
·    Material Erupsi : merupakan gunung berapi dacite eksplosif dengan sistem magmatik yang kompleks. Ledakan lateral menghasilkan letusan abu dan gas yang naik lebih dari 15 mil ke atmosfer hanya dalam 15 menit. Aliran piroklastik sampai guguran abu panas, batu apung, dan gas yang cepat - mengalir keluar dari kawah dengan kecepatan 50 hingga 80 mil per jam dan menyebar sejauh 5 mil ke utara.


Gunung Semeru : 


Gunung St. Helens : 

Senin, 18 Februari 2019

PENGELOLAAN TERPADU PEMANFAATAN SUMBER DAYA PANAS BUMI DAN POTENSI WISATA DANAU RANAU

Danau Ranau merupakan sebuah danau yang asri dengan air yang jernih serta melimpah dan pemandangan yang menarik di daratan Sumatera. Danau ini menjadi bagian dari wilayah dua kabupaten yaitu Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi sekitar danau di bagian timur sudah dilengkapi dengan sarana jalan yang cukup bagus dan bisa dicapai dengan kendaraan roda empat. Danau ini selain menjadi tempat wisata, juga menjadi jalur transportasi antar desa-desa di wilayah Lampung barat (Lombok) dan Sumatera Selatan (Banding, Kotabatu, Heni Arong) dengan perahu bermesin kecil. Sangat disayangkan bahwa sarana kelistrikan daerah ini masih minim sekali.
Bentang alam sekitar danau Ranau terdiri dari dataran hingga pegunungan dengan ciri dan karakter batuan yang berbeda pula. Lereng-lereng gunung yang terbentuk dari proses endogen dan eksogen sejak masa tersier, batuan vulkanik yang mendominasi dan membentuk relief kasar serta curam, dilengkapi dengan gawir-gawir terjal yang terbentuk akibat perkembangan struktur, semua bersinergi membentuk bentang alam yang begitu exotis. Bentang alam daerah ini dibedakan menjadi tiga satuan yaitu satuan gunungapi tua, satuan gunungapi muda, dan pedataran aluvial (Nurhadi dkk, 2004). Bentang alam vulkanik tua mengelilingi danau di sebelah utara, timur dan barat, sedangkan bagian selatan tertutupi bentang alam vulkanik muda seperti adanya gunung Seminung yang berumur kuarter.
Keragaman bentang alam ini sangat penting dalam pengembangan pariwisata Danau Ranau, begitu pula keberadaan Danau, mata air panas, gunung, hutan dan lahan kebun serta pertanian yang memperlengkap kekayaan wisata daerah ini. Danau Ranau bercurah hujan yang cukup tinggi sampai sekitar mm per tahun sehingga cukup untuk mempertahankan kestabilan tinggi permukaan air danau.
Selain potensi wisata tersebut, daerah  ini mempunyai suatu  sumber daya energi yang dapat menggantikan peran energi fosil yaitu panas bumi. Beberapa manifestasi berupa mata air panas dijumpai di lokasi Waipanas-Lombok, Talang Kedu (di desa Lombok) di wilayah Lampung dan Kerincing, Wai Wangi, Waipanas-Kotabatu, Cukuh Penggeseran di desa Banding wilayah OKU Selatan. Sumber daya panas bumi ini diharapkan menjadi energi pembangkit listrik yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan pedesaan maupun industri di wilayah tersebut. Potensi dan pemanfaatan energi panas bumi di sekeliling pantai Danau Ranau khususnya pada bagian selatan dan tenggara, seperti di dusun Langkat dan Talang Kedu terdapat manifestasi panas bumi berupa mata air panas yang sering digunakan untuk keperluan mandi oleh penduduk di sekitarnya.
Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh Direktorat Sumber Daya Mineral (DIM) pada tahun 2004, daerah ini mempunyai luas prospek sekitar 3 km 2 dengan suhu reservoir sekitar 200 C dan diduga mampu membangkitkan daya listrik sekitar 40 Mwe. Dengan potensi sebesar ini sekurang-kurangnya dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi sekala sedang untuk memasok kebutuhan listrik pedesaan di sekitar Danau Ranau dan pengembangan pariwisata daerah ini. Pemanfaatan lainnya adalah untuk penggunaan langsung seperti pengeringan dan pengolahan hasil perkebunan/pertanian, selain untuk menunjang kepariwisataan daerah ini. Prospek Panas Bumi Danau Ranau dengan potensi sebesar ± 40 MWe akan efektif bila dikembangkan secara terpadu antara pemanfaatan untuk listrik dan non listrik, serta diramu dengan obyek wisata danau, hutan gunung api, dan kebun dengan menarik.

Selasa, 06 Maret 2018

Konsep Dasar Geomorfologi dan Aspek-Aspek Geomorfologi






Hasil gambar untuk lambang universitas negeri gorontalo 
Disusun oleh :
    Nama : Muh. Syaifullah Saida
    NIM   : 471 417 018
    Prodi  : S1 – Teknik Geologi


Jurusan Ilmu Dan Teknologi Kebumian
Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Gorontalo
Tahun 2018


A.    Konsep Dasar Geomorfologi
Ø  Proses fisikal yang sama dan hukum-hukumnya yang berlaku sekarang juga berlangsung sejak zaman dahulu sepanjang zaman geologi, meskipun dengan intensitas yang berbeda.
Ø  Struktur geologi menjadi faktor kontrol dominan dalam evolusi bentuklahan dan tercerminkan oleh bentuklahannya.
Ø  Pada tingkat tertentu permukaan bumi itu memiliki relief, karena proses geomorfik itu bekerja dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Ø  Proses geomorfik meninggalkan bekas yang menonjol pada bentuklahan, dan setiap proses geomorfik akan berlangsung sesuai dengan karakteristik bentuklahannya.
Ø  Oleh karena tenaga erosional yang bekerja di permukaan bumi berbeda-beda, maka akan menghasilkan tingkat perkembangan yang berbeda.
Ø  Evolusi geomorfik umumnya lebih kompleks dan tidak sederhana.
Ø  Topografi permukaan bumi yang berumur lebih tua dari zaman tersier lebih sedikit dan kebanyakan tidak lebih dari kala Plistosen.
Ø  Interpretasi bentanglahan saat sekarang yang tepat, tidak mungkin tanpa perhatian yang mendalam terhadap perubahan geologi dan iklim selama kala Plistosen.
Ø  Penilaian iklim dunia penting untuk memahami dengan baik arti penting dari proses geomorfologi.
Ø  Geomorfologi meskipun lebih menekankan pada bentanglahan saat sekarang, sangat bermanfaat untuk mempelajari sejarah sejarahnya, dan untuk memperkirakan perkembangannya di masa yang akan datang.


Di samping konsep dasar tersebut di atas, dalam mempelajari geomorfologi cara dan metode pengamatan perlu pula diperhatikan. Apabila pengamatan dilakukan dari pengamatan lapangan saja, maka informasi yang diperoleh hanya mencakup pengamatan yang sempit (hanya sebatas kemampuan mata memandang), sehingga tidak akan diperoleh gambaran yang luas terhadap bentanglahan yang diamati. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dikakukan beberapa hal:
Ø  Pengamatan bentanglahan dilakukan dari tempat yang tinggi sehingga diperoleh pandangan yang lebih luas. Namun demikian, cara ini belum banyak membantu dalam mengamati bentanglahan, karena walaupun kita berada pada ketinggian tertentu, kadangkala pandangan tertutup oleh hutan lebat sehingga pandangan terhalang. Kecuali, tempat kita berdiri pada saat pengamatan bentang alam merupakan tempat tertinggi dan tidak ada benda satupun yang menghalangi. Itupun hanya terbatas kepada kemampuan mata memandang.
Ø  Pengamatan dilakukan secara tidak langsung di lapangan dengan menggunakan citra pengideraan jauh baik citra foto maupun citra non foto, cara ini dapat melakukan pengamatan yang luas dan cepat
B.     Aspek-Aspek Geomorfologi
            
Ø  Aspek morfologi
Yang meliputi :
·          Morfografi : Aspek geomorfologi yang deskriptif pada suatu area (dataran, perbukitan, pegunungan, dan plateau).
·          Morfometri : Aspek kuantitatif dari suatu area (kecuraman, lereng, ketinggian, pembukaan, dan ketidakrataan daratan).
Ø  Aspek morfogenesis
 Menyangkut asal usul dari bentuk lahan. Morfogenesis terkait dengan tenaga dan proses geomorfologi.
Ø  Aspek morfoklonologis
Membahas tentang urutan kejadian suatu lahan yang diwujudkan dalam bentuk peta.
Ø  Aspek morfo-Asosiasi
 Membahas tentang hubungan antara satu bentuk lahan dengan bentuk lahan yang lain dalam susunan sebarannya.